Presiden ke-39 Amerika Serikat (AS), Jimmy Carter, menulis opini yang cukup mengejutkan di media massa nasional setempat. Peraih Nobel Perdamaian 2002 itu menilai, AS di bawah pemerintahan Barack Obama harus segera mengakui kedaulatan negara Palestina. Sebab, mulai tahun depan AS akan dipimpin sosok baru, yakni Donald Trump.
Jimmy Carter meragukan apakah kebijakan luar negeri Trump nantinya sejalan dengan yang telah diperjuangkan Obama selama dua periode.
“Kita belum tahu kebijakan pemerintahan (Donald Trump) nanti terhadap Israel dan Palestina. Namun, kita tahu pemerintahan sekarang. Presiden Obama bertujuan mendukung penyelesaian konflik dengan konsep dua negara berdaulat, (Palestina dan Israel) hidup berdampingan secara damai,” papar Jimmy Carter membuka opininya di The New York Times, Senin (28/11).
Menurut dia, prospek konsep tersebut kian mencemaskan. Carter mengakui, AS terus berupaya mendukung masa depan Palestina-Israel sebelum Presiden Obama meletakkan jabatan. Namun, waktu yang tersisa begitu pendek.
“Langkah sederhana namun penting mesti dilakukan pemerintahan sekarang sebelum masa jabatan habis pada 20 Januari nanti. Langkah itu adalah menjamin pengakuan diplomatis Amerika terhadap negara Palestina. Ada 137 negara yang telah melakukannya (mengakui kedaulatan Palestina). Hal itu akan membantu Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB,” kata Carter menegaskan.
Semasa Carter menjadi presiden, pada 1978 AS berhasil mewujudan perjanjian damai Palestina-Israel melalui Piagam Camp David. PM Israel saat itu, Menachem Begin, berjabat tangan dengan Presiden Mesir Anwar Sadat, setelah keduanya menandatangani dokumen bersejarah tersebut.
Carter mengenang, perjanjian Camp David didasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242, yang terbit seturut dengan Perang Enam Hari (1967).
Jimmy Carter meragukan apakah kebijakan luar negeri Trump nantinya sejalan dengan yang telah diperjuangkan Obama selama dua periode.
“Kita belum tahu kebijakan pemerintahan (Donald Trump) nanti terhadap Israel dan Palestina. Namun, kita tahu pemerintahan sekarang. Presiden Obama bertujuan mendukung penyelesaian konflik dengan konsep dua negara berdaulat, (Palestina dan Israel) hidup berdampingan secara damai,” papar Jimmy Carter membuka opininya di The New York Times, Senin (28/11).
Menurut dia, prospek konsep tersebut kian mencemaskan. Carter mengakui, AS terus berupaya mendukung masa depan Palestina-Israel sebelum Presiden Obama meletakkan jabatan. Namun, waktu yang tersisa begitu pendek.
“Langkah sederhana namun penting mesti dilakukan pemerintahan sekarang sebelum masa jabatan habis pada 20 Januari nanti. Langkah itu adalah menjamin pengakuan diplomatis Amerika terhadap negara Palestina. Ada 137 negara yang telah melakukannya (mengakui kedaulatan Palestina). Hal itu akan membantu Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB,” kata Carter menegaskan.
Semasa Carter menjadi presiden, pada 1978 AS berhasil mewujudan perjanjian damai Palestina-Israel melalui Piagam Camp David. PM Israel saat itu, Menachem Begin, berjabat tangan dengan Presiden Mesir Anwar Sadat, setelah keduanya menandatangani dokumen bersejarah tersebut.
Carter mengenang, perjanjian Camp David didasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242, yang terbit seturut dengan Perang Enam Hari (1967).