Menjadi seorang ibu yang banya sekali waktu untuk mengawasi pola makan anak dengan ketat kerap menimbulkan rasa kepuasan tersendiri. Hal itu karena pola pikir telah berhasil memastikan keluarga mendapat asupan makanan yang baik sehingga seluruh anggota keluarga selalu sehat.
namundalam penelitian dan juga pendiri Nourish Schools Washington Casey Seidenberg, menurutnya hal itu tidak sepenuhnya baik. Pendidik gizi itu mengaku memiliki pengalaman menjejali keluarganya dengan makanan-makanan sehat seperti beras quinoa dan kale. Ia pun kerap berbicara tentang gizi dan menggunakan waktu makan sebagai kesempatan untuk mengajarkan anak tentang makanan sehat.
Ia pun mengaku, dampak dari pola asuh tersebut sehingga menyebabkan anak menjadi pemilih dan berusaha memastikan makanannya sehat. Menurutnya, memberikan pengetahuan tentang makanan yang bisa membantu anak tumbuh dan makanan yang perlu dikonsumsi seperlunya adalah hal bermanfaat.
Akan tetapi, upaya untuk memaksakan anak memakan makanan sehat dan membuang makanan tidak sehat perlu dikoreksi.
Seidenberg mengatakan, orang tua perlu fokus mengajarkan anak menjadi pemakan independen. Artinya, anak bisa menjaga hubungan sehat dengan makanan. "Contohnya, anak bisa menjaga untuk tidak makan gula berlebih dan bisa menikmati makanan apa pun tanpa pengawasan orang tua," ujarnya.
Ia mengatakan, anak yang kerap diatur akan merasa selalu diawasi dan dihakimi. Hal itu pun bisa memicu konflik yang tidak diperlukan dalam dinamika hubungan orang tua dan anak.
namundalam penelitian dan juga pendiri Nourish Schools Washington Casey Seidenberg, menurutnya hal itu tidak sepenuhnya baik. Pendidik gizi itu mengaku memiliki pengalaman menjejali keluarganya dengan makanan-makanan sehat seperti beras quinoa dan kale. Ia pun kerap berbicara tentang gizi dan menggunakan waktu makan sebagai kesempatan untuk mengajarkan anak tentang makanan sehat.
"Makan tidak lagi menyenangkan. Kegiatan itu menjadi pelajaran," ujar Seidenberg seperti dikutip dihalaman Independent.
Ia pun mengaku, dampak dari pola asuh tersebut sehingga menyebabkan anak menjadi pemilih dan berusaha memastikan makanannya sehat. Menurutnya, memberikan pengetahuan tentang makanan yang bisa membantu anak tumbuh dan makanan yang perlu dikonsumsi seperlunya adalah hal bermanfaat.
Akan tetapi, upaya untuk memaksakan anak memakan makanan sehat dan membuang makanan tidak sehat perlu dikoreksi.
Seidenberg mengatakan, orang tua perlu fokus mengajarkan anak menjadi pemakan independen. Artinya, anak bisa menjaga hubungan sehat dengan makanan. "Contohnya, anak bisa menjaga untuk tidak makan gula berlebih dan bisa menikmati makanan apa pun tanpa pengawasan orang tua," ujarnya.
Ia mengatakan, anak yang kerap diatur akan merasa selalu diawasi dan dihakimi. Hal itu pun bisa memicu konflik yang tidak diperlukan dalam dinamika hubungan orang tua dan anak.